Senin, 19 Oktober 2015

FILSAFAT DILIHAT DARI PENDEKATAN TEMA

MAKALAH
FILSAFAT DILIHAT DARI PENDEKATAN TEMA





Disusun oleh:

Kelompok 2
Oula Falahiyah
Putri Diana
Yusuf Mulyana

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015


Filsafat dilihat dari Pendekatan Tema
   Dalam mempelajari filsafat, ada beberapa pendekatan yang biasanya dilakukan. Pertama dengan pendekatan sejarah. Kedua, dengan pendekatan tematik. Makalah ini mencoba menguraikan pendekatan tematik sebagai berikut:
    Dalam filsafat dilihat dari pendekatan tema, definisi operasional filsafat yang dipakai adalah bahwa berfilsafat adalah berfikir argumentatif dan kritis, menganalisis dan klarifikasi konsep. “Philosophy is an activity: it is a way of thinking about certain sorts of question. Its most distinctive feature is its use of logical argument. Philosophers typically deal in arguments: they either invent them, criticize other people’s or do both. They also analyse and clarify concepts.”. 
   Dalam pendekatan tematik, filsafat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu ontologi (metafisika), epistemologi, dan aksiologi.
1.    Ontologi/metafisika
      Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Pembahasan tntang onthologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan the firts philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari perkataan yunani : On = being, dan Logos = Logic. Jadi ontologi adalah teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, sebarapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori yang ada. Dalam bidang ini termasuk juga filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu ilmu tentang yang ada.
2.    Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang mmbahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani (abstrak).
Setiap aliran ontologi tentu memiliki objek keilmuan yang berbeda-beda. Objek ontologi sama halnya dengan objek filsafat seperti yang telah dibahas sebelumnya, yakni: Pertaina, objek formal, yaitu objek formal ontologi sebagai hakikat seluruh realitas. Objek formal yaitu cara memandang yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya. Objek formal dan suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama mernbedakannya dengan bidang yang lain. Satu objek formal dapat ditinjau dan berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Kedua, objek material, yaitu sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencangkup hal konkret, misalnya manusia, tumbuhan, batu, atau hal-hal yang abstrak seperti ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Kedua objek ini akan membingkai pada berbagai penelitian. Penelitian akan menyangkut dua metode besar, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.

2.    Epistemologi
            Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi juga merupakan bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu atau “ada” tersebut. Beberapa bidang yang termasuk ke dalam epistemologi adalah filsafat ilmu, metodologi, dan logika.

3.    Aksiologi
          Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang brarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dala tiga bagian. Pertama moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik. Bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai. Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika.

      Cabang-cabang ilmu filsafat ini berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran filsafat. Misalnya, logika dikembangkan oleh Aristoteles. Sementara itu, epistemology dikembangkan oleh Immanuel Kant ketika ia mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika mempersepsi sesuatu.
    Dari bidang ontologi, akan kita kenal pandangan materialisme Karl Marx berdasarkan pada pemikirannya bahwa segala sesuatu yang ada ini bersifat materi. Dapat dikatakan bahwa Karl Marx menolak kajian metafisika dan lebih mengakui ontologi. Sebagai catatan, kecenderungan penolakan terhadap metafisika ini sebenarnya memang berkembang pesat pada era filsafat modern.
     Dari bidang epistemologi, akan kita ketahui paham-paham seperti rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme memandang bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari akal, sedangkan empirisme memandang sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Berikut ini diberikan penjelasan tentang pengalaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.
      Pengalaman yaitu hubungan dengan realitas yang dialami manusia lewat pancaindra. Pengalaman bersifat sangat subjektif karena objek tetap, subjek berbeda; objek berubah, subjek tetap; objek berubah, subjek berbeda.
     Pengetahuan yaitu adanya “sensation” (kesadaran, peristiwa mental) setelah mengindra realitas (pembeda dengan hewan). Proses mental yang melalui akal budi (berpikir) menjadikan pengalaman menjadi pengetahuan. (contoh: ilmu tentang kerokan, obat kumis kucing). Ilmu pengetahuan yaitu pengalaman (pengetahuan) yang telah diolah secara kritis lewat akal budi menjadi ilmu pengetahuan karena memiliki paradigma, teori, dan metodologi. Dalam bidang teori pengetahuan, terdapat tiga cara pandangan yang dominan dalam bidang filsafat. Ketiga cara pandang tersebut adalah rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Berikut ini dijelaskan ketiga pandangan tersebut serta ciri-cirinya:
      Rasionalisme dicetuskan oleh Rene Descartes (1596-1650), seorang Filsuf dari Peran. Menurut Descartes, rasio adalah satu-satunya sumber pengetahuan. Kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya diatasi oleh kemampuan yang dimiliki rasio. Pemikiran Descartes yang terkenal adalah cogito ergosum “saya berpikir, karena itu saya ada”. Menggunakan upaya ilmiah dengan “metode skeptis”. Rasionalisme memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal. Dalam penelitian menggunakan metode deduksi.
      Empirisme adalah paham pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman empiris, bukan semata-mata dari rasio. Filosof-filosof inggris memiliki paham empirisme, diantaranya David Hume (1711-1776), john Locke (1632-1704), dan Goerge Berkeley (1685-1753). Francis Bacon mengatakan empirisme adalah pengamatan-pengamatan partikular lalu membentuk kesimpulan umum. John Locke menganggap bahwa rasio manusia mula-mula harus dianggap “as a white paper” yang artinya pada saat lahir manusia belum memiliki pengetahuan apa-apa.

     Kritisisme diperkenalkan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Aliran ini merupakan sintesis antara rasionalisme dan empirisme. Menurut Immanuel Kant, rasio dan Empiri adalah sama-sama sumber  pengetahuan, yaitu kesan-kesan empiri dikonstruksikan oleh rasio melalui kategori-kategori sehingga menjadi pengetahuan. Immanuel Kant juga mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika mempersepsi sesuatu sehingga pemikirannya ini menjadi landasan perkembangan epistemologi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar