Rabu, 02 Desember 2015

. Kecemasan Siswa saat Mempelajari Matematika



Abdurrahman (1999, h.252) menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit bagi para siswa, baik bagi mereka yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan belajar. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sudah melekat pada sebagian besar siswa, sehingga pada saat menghadapi pelajaran matematika siswa menjadi malas untuk berpikir (Surya, 2005). Selain karena image yang telah melekat pada diri siswa, guru juga berpengaruh terhadap munculnya anggapan siswa bahwa matematika adalah momok.
Kecemasan yang dialami pada siswa pada saat belajar matematika sering disebut sebagai kecemasan matematika (Mathematics Anxiety). Kecemasan matematika melibatkan perasaan tegang dan cemas yang menganggu dalam pemecahan masalah matematika yang memanipulasi angka dalam situasi akademik (Richardson&Suinn,1972). Kecemasan terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa, karena ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran menyebabkan siswa kesulitan serta fobia terhadap matematika, yakni suatu penyakit mental dimana penderitanya takut pada matematika sebelum dia mencoba melakukan matematika. Dapat juga dikatakan bahwa kecemasan matematika adalah perasaan tegang dan takut yang menganggu kinerja matematika seorang siswa yang pada akhirnya hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah.
Kecemasan matematika berkaitan dengan perasaan dan sikap negatif tentang matematika. Diduga bahwa dalam pembelajaran matematika, adanya kecemasan matematika dapat mengurangi kepercayaan diri dan motivasi siswa, sehingga siswa cenderung menghindari matematika. Pikiran-pikiran negatif siswa menghantui diri mereka. Mereka cemas terhadap timbulnya konsekuensi buruk dalam melakukan atau menyelesaikan masalah matematika, termasuk ujian atau tes matematika.
Kecemasan matematika dapat disebabkan karena kondisi pembelajaran dikelas yang kurang menyenangkan. Faktor yang muncul dapat berasal dari desain pembelajaran yang monoton atau dari kurang cakapnya guru matematika. Wahyudin (2010:21) menyatakan bahwa kecemasan matematika seringkali tumbuh dalam diri para siswa di sekolah, sebagai akibat dari pembelajaran oleh para guru yang juga merasa cemas tentang kemampuan matematika mereka sendiri dalam area tertentu. Seperti yang dituliskan oleh Ma (Zakaria & Nordin, 2007:27) ada hubungan antara kecemasan matematika dengan prestasi siswa dalam matematika. Prestasi dan hasil belajar matematika siswa secara terperinci dijabarkan dalam beberapa penguasaan kemampuan matematis sesuai dengan jenjang pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar