Pemikiran
Umat Islam
Pemikiran
terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di
kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi
Thalib dengan kelompok Mu’awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat
liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab
timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam
memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran
yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan
pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat
antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :
a. Mu’tazilah
Merupakan
kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran
dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk
mempertahankan kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari
kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah
Berpendapat
bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia
sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang
menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah
Berteori
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan
pecahan dari Murji’ah
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran
Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan
dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran
tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu
umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut
sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.
Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam
perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
C.
Pembuktian Wujud Tuhan
Banyak
sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah
Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah
tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan
pencipta pertama adalah Tuhan. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas
sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan
pembuktian semacam itu Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang
mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan.
Sebagaimana
pun bukti-bukti klasik dapat menunjukkan tentang esensitas wujud Tuhan, namun
mereka yang masih saja menganggap dirinya sebagai atheis tetap saja tidak
menerima kebenaran ilmiah hakiki bahwa Tuhan terbukti ada. Berdasarkan fakta
tersebut kiranya penulis merasa perlu juga menyajikan bukti-bukti yang lebih
kontemporer sebagaimana yang diperbincangkan oleh beberapa ahli pikir pada
zaman sekarang khususnya di universitas-universitas di Scotlandia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar